Can entrepreneurship be taught to young people with autism? A simulation of entrepreneurship for children with autism in Malaysia
Kata Kunci:
Autis, Kewirausahaan, Pelatihan, Kesejahteraan, Lembaga Swadaya MasyarakatAbstrak
Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah suatu kondisi neurokognitif yang sering terlihat pada anak-anak serta remaja dan berdampak pada berbagai elemen perkembangan, termasuk gangguan dalam interaksi sosial, berulangnya pola perilaku tertentu, dan masalah komunikasi verbal dan non-verbal. Anak-anak dan remaja ini sering bergumul dengan masalah pengelolaan diri dan membutuhkan bantuan keluarga dan komunitas. Individu dengan Autism biasanya diajarkan tugas-tugas mandiri seperti menjaga kebersihan pribadi (mandi, membersihkan peralatan, dan lain-lain) dan membersihkan tempat tinggal mereka oleh pusat perawatan autisme, khususnya di Malaysia. Penting untuk memperoleh kecakapan hidup, seperti kemampuan untuk bekerja, selain kemampuan mengatur diri sendiri, agar tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat. Bagian lain yang sama pentingnya dalam kehidupan, seperti kemampuan kewirausahaan. Untuk membangun keterampilan kewirausahaan dan memberikan pengalaman kerja bagi anak autis yang berfungsi tinggi, proyek ini bertujuan untuk membuat modul berbasis pembelajaran kognitif dan psikomotorik. Selain itu juga melakukan simulasi kewirausahaan dan menguji pengetahuan peserta di lapangan. Keberhasilan program kewirausahaan ini akan dievaluasi menggunakan pendekatan observasi dan focus group Discussion (FGD). Instruktur pendamping dan relawan mahasiswa akan mendapatkan pelatihan untuk menjamin keberhasilan modul ini. Ada empat bagian dalam modul ini: pelatihan untuk instruktur pendamping, simulasi bisnis, implementasi bisnis, dan penilaian efektivitas adalah empat langkah pertama. Hasil yang diharapkan dari proyek ini adalah terciptanya sebuah modul untuk anak-anak dan remaja autis yang berfungsi tinggi yang berfokus pada kemampuan kewirausahaan berbasis kognitif dan psikomotorik. Selain itu, modul ini diharapkan dapat membantu mencegah penderita autisme mengalami kemiskinan jangka panjang, khususnya mereka yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah.